Hai, aku
Brenda Heartfilia, umurku 15 tahun, aku memiliki adik yaitu, Axel Heartfilia (13) . Di dalam
kehidupan kami selama ini, kami bertiga tidak pernah merasakan hidup susah
sebelum rumah kami yang bak istana di daerah ini kami tinggal habis terbakar
saat kami tidur pulas dan tanpa orang tua dirumah.
Tiga hari setelah kebakaran itu terjadi, kami hanya
menunngu kedatangan orang tua kami dari perjalanan mereka. Namun, orang yang
kami tunggu bukanlah orang yang datang kehadapan kami sekarang ini. Seseorang
dengan mobil porschie berhenti tepat
didepan kami dan rumah kami atau lebih tepatnya debu rumah
kami. Orang tersebut ternyata adalah orang yang kami kenal yaitu Tuan Poy
Minoru, orang yang bertanggung jawab atas harta kekayaan orangtua kami.
Dengan sorot matanya yang santai ia bertanya pada kami,
“Apa yang kalian lakukan disini ?”“Apa kau tidak bisa
melihat ? tentu saja kami menunggun kedatangan orangtua kami !” jawabku dengan
suara keras.“Kenapa kalian tidak
pergi dari rumah ini ?, hmm, atau lebih tepatnya istana rongsokan ini ?”
balasnya dengan mulut menyungging.“Tidak, kami tidak
memiliki kerabat di negara ini. Ayah dan ibu kami adalah anak tunggal dari
keluarga mereka masing-masing”, balas Axel dengan nada datar.“Tepat sekali, aku akan
menceritakan apa yang terjadi pada Tuan dan Nyonya Heartfilia.” Balas Tuan Poy
dengan mimik dan gestur yang mulai serius.“Ayah dan ibu ? Apa
maksudmu ? Memang apa yang terjadi pada ayah dan ibu ?”jawab ku dengan serius
juga.Suasana menjadi hening
sejenak, karena kami tidak tahu apa yang terjadi dengan ayah dan ibu selama
ini. Aku dan kedua adikku hanya bisa saling bertatapn tanpa mengetahui apapun
yang terjadi pada kedua orangtua kami L.
“Hmmm, aku akan
memberitahukan kalian apa yang terjadi, tapi sebelumnya kalian harus makan, dan
mandi dahulu dirumahku, bagaimana ?” tanyanya dengan suara yang lembut dan
wajah penuh prihatin.“Baiklah,
tapi katakana apa yang terjadi sesudah itu, janji ?” jawab kami serempak.“*ting*
(kedipan mata tuan Poy), oke aku janji.” Setengah jam kami dalam perjalanan,
dan akhirnya sampai kerumah Tuan Poy. Setiba disana kami disambut oleh istri
dan kedua anak kembarnya —yang mungkin sebaya dengan Axel—. Setelah kami mandi
air hangat, makanan telah tersedia di atas meja makan dan kami langsung
menyantapnya dengan senang. Satu jam kami gunakan untuk
membersihkan badan dan mengisi perut kami yang 3 hari sudah tidak diisi, kami
langsung pergi ke ruang tamu untuk berbicara dengan Tuan Poy dan istrinya apa
yang terjadi pada orang tua kami. Sesaat suasana ruang tamu menjadi tegang dan
serius, aku langsung bertanya, “Baiklah, kami sudah siap untuk mendengar apa
yang terjadi pada orang tua kami.”“Ya, aku
tahu kalian memang harus siap. Begini, orang tua kalian mendadak menghilang
dengan kru pengamatannya 2 hari sebelum kebakaran rumah kalian. Dan sekarang
tim evakuasi sedang mencari keberadaan mereka, tapi positifnya, ayah dan ibu
kalian sudah meninggal.” Kata tuan Poy yang menatap serius ke mataku. Seketika ruangan sepi, hening, hanya
ada suara kipas dan adik kecilk yang sedang bermain. Tanpa sadar, aku
menitikkan air mataku, memikirkan apa yang akan terjadi dengan keluargaku, ku
masih berumur 16 tahun, dan aku juga belum bisa bekerja di negara ini,
bagaimana aku bisa menjalani hidup dengan adik-adikku ? oh tuhan, bagaimana ini ? aku tak tahu apa yang akan kulakukan,
bagaimana aku melanjutkan hidup ini bersama
adik-adikku ? kataku dalam hati tanpa berhenti menitikkan air mata. “Hey, apa yang harus kami lakukan
setelah ini ?” Tanya Axel pada Tuan Poy. “Aku akan berusaha menemukan orang
tua yang akan mengadopsi kalian, jadi sementara kalian boleh tinggal disini.” Balas
Tuan Poy. Seminggu telah berlalu, kami
mendengar bahawa kami akan diadopsi oleh pria tua kaya yang telah ditinggalkan
istrinya dan tidak mempunyai anak sama sekali. Lama kami menunggu, akhirnya
orang tersebut datang menemui kami dan membawa kami pergi. Dalam perjalanan kami diajaknya
berbincang, dan kami berpikir bahwa kami sangat beruntung mendapat oreng tua
angkat yang berhati mulia. Sesampai dirumah baru kami yang megah, kami disambut
oleh 6 pelayan wanita dan pria, sekali lagi kami berpikir ini sangat
keberuntungan yang besar. Dua bulan berlalu dan sekali lagi
kami kehilangan orang tua kami yang berhati mulia dan yang telah memberikan
kami segalanya. Tuan Poy menarik kami kembali dan
memberikan yang telah ditinggalkan oleh orangtua adopsi kami, dan sekali
laginya juga Tuan Poy mencarikan kami orang tua baru yang ingin mengadopsi kami
dan aku ikut serta membantunya, namun, kami gagal untuk saat ini. Setelah tiga
bulan kami mencari dan mencari orang tua yang baik dan menyayangi kami, namun,
sekali lagi kami gagal menemukannya. Tapi akhirnya, aku teringat oleh kebaikan
Tuan Poy terhadap kami, dan aku berdiskusi dengan adikku. “Hey Axel, kau tak terpikirkan orang
dekat kita yang baik, menyayangi, dan menolong kita selama ini ?” Tanyaku pada
Axel. “Hmm, mungkin yang kakak maksud Tuan
Poy ? Kau ingin menjadikan dia orang tua angkat kita ?” Tanya Axel balik
padaku. “Yap, kau benar, aku merasa dia dan
istrinya lah yang sempurna untuk kita jadikan orang tua angkat kita. Kau setuju
?” balasku. “Aku setuju banget sih kak, tapi,
apa Tuan Poy mau menerima kita ?” Tanyanya dengan raut wajah ragu-ragu. “Ingat kata ayah, Axel, kita tidak
akan pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan jika kita tidak pernah
mencoba di masa sekarang.” Jawabku sesuai dengan kalimat ayah. “Baiklah, aku akan tanyakan padanya.”
Jawab Axel dengan senyumnya yang sempurna. Setelah kami berdiskusi, Axel dengan
semangatnya mengajak Tuan Poy dan keluarganya untuk berbicara. Ketika semua
telah berkumpul, aku melihat wajah keluarga Tuan Poy penuh dengan tanda tanya
karena melihat adikku sangat semangat saat mengajak dia dan kelarganya untuk
berbicara, aku tersenyum kecil melihatnya. Dan, dengan pasti Axel bertanya pada
tuan Poy dan keluarganya, “Hmm, Tuan dan Nyonya Poy maaf jika aku lancing menanyakan
hal ini.” “Ya ? Apa yang ingin kau tanyakan
Axel ?” balas Nyonya Poy dengan senyumnya yang cantik. “Begini, kami ingin menanyakan ini,
apakah kalian mau mengangkat kami menjadi anak adopsi kalian, layaknya anak
kandung kalian ?” sambungku dengan jitu, selai itu aku telah berpikir
konsekuensi yang akan kami terima setelah menanyakan hal ini. “Apa ? Kenapa kalian berpikir
seperti itu ? Apa menurut kalian kami cocok untuk menjadi orang tua adopsi
kalian ?” jawab tuan Poy untuk meyakinkan kami. “Ya, kami telah memikirkannya
matang-matang. Kalian sempurna menjadi orang tua kami, karena... karena... “
jawab Axel terpatah-patah memikirkan alasannya. “Karena, kami pikir kalian baik,
menyayangi, memperhatikan kami layaknya anak kalian sendiri, dan kami baru saja
menyadarnya, maaf.” Sambungku melanjutkan kalimat Axel. “Baiklah aku dan istriku akan
mengangkat kalian menjadi anak kami, layaknya anak kandung kami.” Jawab Tuan
Poy dan istrinya disertai dengan wajah penuh bahagia. Seketika, aku dan Axel memeluk dan
mencium Tuan dan Nonya Poy, ah salah, maksudku ayah dan ibu baru kami. Pada
hari itu juga aku dan Axel mengganti nama kami menjadi Brenda dan Axel Minoru
gadis dan laki-laki campuran Jepang dan kami memiliki dua adik kembar yang
bernama Akiko dan Aiko Minoru. Setelah ini, dimulailah kehidupan baru kami yang
indah dan penuh kebahagiaan.
=0.TAMAT.0=
by: Novia Larassati ;0